A.
Fungsi dan Akibat Kehadiran Pranata Ekonomi
Pranata
ekonomi menurut terminology sosiologi adalah kaidah yang mengatur masalah
produksi, distribusi, pemakaian barang dan jasa yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia.[1]
Secara
umum, fungsi manifest pranata ekonomi
adalah mengatur hubungan antar pelaku ekonomi dan meningkatkan produktivitas
ekonomi semaksimal mungkin. Pranata ekonomi juga berfungsi untuk mengatur
distribusi serta pemakaian barang dan jasa yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia.
Pranata
ekonomi lahir dari usaha orang yang bersifat coba-coba ( trial and Error )
dalam memenuhi kebutuhan mereka ( menurut analisis fungsional ), atau seringkali
lembaga ekonomi lahir dari keberhasilan suatu kelompok memaksakan sekian banyak
tugas dan kewajiban terhadap kelompok manusia lainnya ( menurut analisis
konflik ).
Perdagangan
mulai lahir ketika orang-orang menginginkan sesuatu yang diproduksi oleh tetangga mereka ; lambat
laun proses pertukaran disttandarisasi, diatur, dan dapat diramalkan, sehingga
akhirnya dianggap perlu untuk dilembagakan. Lembaga-lembaga ekonomi lahir
ketika orang-orang mulai mengadakan pertukaran barang-barang secara rutin, membagi-bagi
tugas dan mengakui adanya tuntutan dari seseorang terhadap orang lain.[2]
Namun,
kehadiran pranata ekonomi di dalam kehidupan masyarakat tidak selalu menjamin
bagi terciptanya ketertiban dalam berbagai kegiatan usaha yang dilakukan antar
pelaku ekonomi. Horton dan Hunt ( 1987 ) mencatat bebrapa akibat yang tidak
direncanakan dari kiprah lembaga ekonomi, yaitu:
1.
Kemungkinan
kehadiran pranata ekonomi merusak kebudayaan tradisional. Kebiasaan pemilik hak
atas tanah, dan banyak lagi pola kehidupan yang telah mapan mengalami perubahan
akibat perkembangan industry. Diperkotaan sering pula kita menyaksikan bahwa
kemajuan ekonomi dan penetrasi kekuatan komersial telah menimbulkan sejumlah
warga terpaksa harus tersuksesi. Digusur dari tempat tinggalnya semula dan
terpaksa pindah ke tempat lain yang belum diketahui masa depannya.
2.
Kehadiran
pranata ekonomi menyebabkan timbulnya ( kekaburan norma ) dan alienasi ( rasa keterasingan )
diantara para pelaku ekonomi. Studi yang dilakukan Karl Marx, misalnya ,
menemukan bahwa akibat industrialisasi didalam masyarakat kapitalis telah
menyebabkan kaum buruh terasing dari dirinya sendiri, dari teman kerjanya, dari
barang yang diproduksinya, dan terasing dari pekerjaannya.
3.
Meningkatnya
kegiatan ekonomi dalam banyak hal telah menyebabkan timbulnya kerusakan
lingkungan. Pencemaran dan kerusakan ekologis hutan, misalnya terjadi target
pertumbuhan ekonomi. Efek rumah kaca dan kerusakan lapisan ozon juga sering
disebut-sebut sebagai akibat negatif yang ditimbulkan dari kegiatan ekonomi
yang acap berlebihan.
B.
Hubungan Pranata Ekonomi dengan Pranata Lain
Seperti
halnya pranata social lainnya, keberadaan pranata ekonomi tidaklah berdiri
sendiri, melainkan saling berkaitan dengan pranata social yang lain. Perubahan
pada pranata ekonomi mempengaruhi
perubahan pada pranata social lain, baik itu pranata keluarga, politik
maupun pranata agama.
Dibawah
ini akan dijelaskan satu persatu mengenai hubungan antara pranata ekonomi
dengan pranata social yang lain dan bagaimana perbedaannya dilingkungan
masyarakat yang tradisional dan masyarakat modern.
a.
Hubungan
Pranata Ekonomi dan Pranata Keluarga
Akibat dari
sebuah perkawinan adalah terbentuknya sebuah pranata keluarga. Pranata keluarga
mempunyai fungsi sosial dan ekonomi yag kompleks. Di antaranya adalah
pengaturan ekonomi keluarga. Setiap keluarga apapun bentuknya selalu mempunyai
dapur yang setiap hari harus “berasap” agar anggota keluarga dapat
mempertahankan hidup. Jika fungsi ekonomi ini dikaitakan dengan kegiatan
ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi, maka akan banyak
dijumpai pada keluarga- keluarga di pedesaan, terutama yang berlandaskan
ekonomi agraris. Di pedesaan, keluarga berfungsi sebagi unit produksi, misalnya
semua anggota keluarga dilibatkan dalam mengolah tanah ataupun menanam benih.
Mereka juga secara bersama- sama menjual serta menikmati hasilnya, sedang pada
keluarga di perkotaan tidak lagi berperan dalam kegiatan produksi bahan pangan,
mereka lebih banyak bergerak dalam produksi jasa dan akan mendapatkan uang
sebagai imbal jasa yang akan dipakai untuk memenuhi segala kebutuhan keluaga.
Urusan-urusan
pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan di laksanakan keluarga sebagai
unit-unit produksi yang sering kali dengan mengadakan pembagian kerja di antara
anggota-anggotanya. Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoordinir
dalam produksi ekonomi. Dari situ dapat menimbulkan adanya industry-industri
rumah di mana semua anggota keluarga terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau
mata pencaharian yang sama. Dengan kata lain, suami tidak hanya sebagai kepala
rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam bekerja.
Di
dalam masyarkat tradisional, sejumlah besar kegiatan ekonomi diorganisir dan
muncul dari pranata keluarga. Setiap anggota keluaega langsung siap berpartisipasi
dalam kegiatan langsung siap berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Keluarga
bukan saja menjadi pusat dan sumber tenaga kerja, tetapi juga menjadi pusat
sumber tenaga kerja, tetapi juga menjadi media sosialisasi untuk meneruskan
pengetahuan dan tehnologi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan ekonomi.[3]
Fungsi
diatas jarang sekali terlihat pada keluarga di kota dan bahkan fungsi ini dapat
dikatakan berkurang atau hilang sama sekali. Karena ketika masyarakat
berkembang makin modern dan kompleks. Kegiatan ekonomi mulai terpisah dari
keluarga. Proses-proses ekonomi mulai banyak diambil alih oleh pranata lain,
misalnya oleh pranata pendidikan yang bertugas mencetak sarjana-sarjana ulung
yang diperlukan untuk mengisi lowongan kerja pada perusahaan atau pabrik-pabrik
modern.
Keluarga
dalam masyarakat modern bukan lagi pusat dan sarana dari pranata ekonomi: bukan
lagi sumber tenaga kerja dan tehnologi yang eksklusif- kendati tetap penting
sebagai pranata sumber-sumber norma dari tenaga kerja. Keluarga disini
menciptakan motif dasar yang diperlukan di dalam kerja manusia. Keterlibatan
keluarga dalam kegiatan pranata ekonomi terasa semakin berkurang, salah satunya
ialah karena industry modern memerlukan keterampilan dan keahlian yang
tersepesialisasi, norma-norma baru yang impersonal, yang mana semua itu jarang
dapat disosialisasikan dalam keluarga.
b.
Hubungan
Pranata Ekonomi dengan pranata Pendidikan
Didalam masyarakat tradisional, pranata pendidikan umumnya
berfungsi untuk menanamkan dan melestarikan norma-norma budaya non-ekonomi.
Pranata pendidikan waktu itu diperlukan untuk menjadikan manusia religious dan
memiliki bekal moral yang diperlukan untuk pergaulan social.
Peranan pranata pendidikan dalam kegiatan ekonomi mulai menguat
ketika lembaga ini berkembang makin modern dan canggih. Kurikulum dan jenjang
lembaga pendidikan yang tersusun sedemikian rupa secara sengaja dipersiapkan
untuk menghasilkan tenaga kerja dan mencetak sumber daya manusia yang
responsive dan kreatif dalam menciptakan tehnologi yang dibutuhkan untuk
kegiatan ekonomi. Pendidikan di dalam masyarakat modern acapkali juga menjadi
arena latihan peran yang diperlukan oleh pranata ekonomi modern.
Proses seleksi atau rekruitmen tenaga kerja di berbagai perusahaan
secara signifikan dipengaruhi oleh pranata pendidikan. Lulusan lembaga
pendidikan yang berkualitas sarjana atau Cuma setingkat SLTP, misalnya tentu
probabilitas dan penempatannya di dalam lembaga ekonomi akan berbeda. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar peluang mereka untuk
menduduki jabatan penting di dalam lembaga social.
c.
Hubungan
Pranata Ekonomi dan Pranata Politik
Jika membahas mengenai Ekonomi, pasti ada hubungannya dengan
politik pemerintahan. Memang sejak wal kemunculannya, pemerintah sudah selalu
berurusan dengan masalah-masalah ekonomi.
Hubungan antara pranata ekonomi dengan pranata politik bersifat
timbal balik. Pranata ekonomi mempengaruhi karena menyediakan sumber-sumber
daya yang penting dalam kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pranata
politik. Ketersediaan sumber migas di dalam negeri, misalnya, banyak
mempengaruhi para elite politik dalam menyusun berbagai program kebijaksanaan
pembangunan, khususnya menyangkutnya kemampuan dana Negara.
Disisi lain, pranata politik berfungsi untuk mengatur arus dan
akumulasi modal, sumber daya alam, distribusi tenaga kerja, teknologi dan
pengelolaannya. Di dalam masyarakat sosialis, peran pranata politik jelas
sangat menonjol karena nyaris semua kegiatan ekonomi ditentukan dan dikelola
oleh Negara. Sementara itu, di dalam masyarakat kapitalis, peran pranata
politik relative agak terbatas karena sebagian besar kegiatan ekonomi
ditentukan oleh kekuatan pasar.
d.
Hubungan
Pranata Ekonomi dengan Pranata Agama
Di dalam masyarakat tradisional, pranata agama berfungsi untuk
mendorong manusia terlibat dalam peran-peran dan tingkah laku ekonomi karena
agama mengurangi rasa cemas dan rasa takut. Studi yang dilakukan Malinowski di
kalangan masyarakat Trobriand, misalnya menemukan bahwa masayarakat tersebut
selalu mengadakan upacara-upacara ritual tertentu sebelum melaksanakan kegiatan
mencari ikan di laut.
Pranata agama juga menciptakan norma-norma social yang mempengaruhi
pranata ekonomi. Studi yang dilakukan Marx Weber mengenai “ etika Protestan”
menemukan bahwa agama Protestan ternyata memberikan sumbangan tidak kecil bagi
upaya penciptaan jiwa kewiraswastaan. Ajaran agama protestan yang menganjurkan
kepada para pemeluknya agar selalu bekerja keras, tahan cobaan, dan hidup
irit-menurut Weber, menjadikan mereka tidak konsumtif, tapi, selalu berusaha
menginventasikan sumber dana yang dimilikinya anak bersuaha dan terus berusaha.
Di dalam masyarakat yang makin modern, peran pranata agama di dalam
kegiatan ekonomi relative berkurang.pranata ekonomi umumnya menekankan
pentingnya rasionalitas dan sekularisme acap menyebabkan ia harus bersilang
kepentingan dengan pranata agama yang menekankan kepercayaan kepada hal-hal
supranatural. Di dalam masyarakat modern, keberadaan pranata agama relative
terpisah dari pranata ekonomi.
[1] J. Dwi Narwoko
& Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta :
Kencana. 2006, hal 286
[2]
Paul B. Horton
& Chester L. Hunt. Sosiologi .Ed. Ke-6. Jakarta: Erlangga. 1984,hal
363-364
[3] J. Dwi Narwoko
& Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta :
Kencana. 2006, hal 297
Tidak ada komentar:
Posting Komentar