Sabtu, 11 Februari 2012

Perkembangan Antropologi sebagai ilmu


A.    Perrkembangan Antropologi Sebagai Ilmu

Fase Pertama ( sebelum 1800 ). Dengan kedatangan orang  Eropa di benua Afrika, Asia dan amerika selama sekitar 4 abad sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16,suku-suku bangsa penduduk pribumi berbagai daerah di muka bumi mulai mendapat pengaruh neegara-negara Eropa Barat. Bersamaan dengan itu terbit berbagai macam tulisan hasil buah tangan para musafir, pelaut, pendeta, pegawai agama Nasrani, penerjemah kitab injil, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, berupa buku-buku kisah perjalanan, laporan, dan lain-lain, yang jumlahnya sangat banyak. Dalam buku-buku tersebut kita dapat menjumpai sangat banyak bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik serta beraneka-warna suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, maupun berbagai suku bangsa Indian, penduduk pribumi benua Amerika. Karena sangat berbeda keadaannya di Eropa, maka bahan deskripsi yang disebut “ Ethnografi ” ( etmos berarti ‘’ bangsa ‘’) itu sangat menarik bagi orang Eropa pada waktu itu. Namun demikian pelukisan- pelukisan yang dibuat pada zaman itu pada umumnya bersifat kabur dan tidak teliti, dan seringkali hanya memperhatikan hal-hal yang tampak aneh bagi mereka. Di samping itu tentu ada tulisan yang baik dan teliti.
Dikalangan kaum terpelajar di Eropa Barat kemudian timbul 3 sikap yang bertentangan terhadap orang –orang Afrika, Asia, Oseania, dan Indian tersebut, yaitu :
1.            Anggapan bahwa orang-orang tersebut sebenarnya bukan manusia sungguh-sungguh, melainkan manusia liar keturunan iblis, dan lain-lain, sehinggan timbul istilah-istilah Savage dan primitive yang mengacu kepada bangsa-bangsa pribumi itu.
2.            Pandangan bahwa masyarakat-masyarakat pribumi tersebut merupakan contoh-contoh masyarakat yang masih murni, yang belum mengenal kejahatan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu.
3.             Pandangan bahwa “ keanehan “ bangsa-bangsa  pribumi itu ( adat istiadatnya, maupun benda-benda kebudayaanya ) dapat dimanfaatkan untuk dipercontohkan kepada khalayak ramai di Eropa Barat, sehingga timbul museum-museum yang menggelar benda-benda kebudayaan berbagai bangsa di luar Eropa.

Pada awal abad ke-19 perhatian para ilmuan Eropa terhadap pengetahuan tentang masyarakat, adapt-istiadat, serta ciri-ciri fisik bangsa-bangsa pribumi “ asing ’’ itu sangat besar, sehingga ada upaya untuk mengintegrasikan semua bahan pengetahuan etnografi yang ada menjadi satu.
Fase kedua ( kira-kira pertengahan Abad ke-19 ). Integrasi yang sungguh-sungguh baru terlaksana pada pertengahan abad ke-19, dengan terbitnya karangan-karangan yang bahannya tersusun berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat, yaitu: Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi sangat lambat, yakni selama beberapa ribu tahun, dari tingkat-tingkat yang rendah, dan melalui beberapa tingkat antara sampai pada tingkat –tingkat yang tinggi. Bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia dari tingkat yang paling tinggi itu adalah seperti bentuk masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu. Selain masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa, semuanya mereka anggap “ primitife “ dan lebih rendah, dan merupakan sisa bangsa didunia digolongkan menurut  berbagai tingkat evolusi. Ketika sekitar tahun 1860 ada beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai  tingkat evolusi, lahirlah antropologi.
Fase berikutnya terjadi dengan terbitnya karangan-karangan hasil penelitian mengenai sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa yang juga masih dianggap sebagai sisa-sisa kebudayaan manusia kuno. Dengan penelitian seperti itu orang berharap memperoleh pengetahuan dengan pengertian tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Dengan demikian kita dapat  mengambil kesimpulan bahwa dalam fase kedua dari perkembangan antropologi, ilmu itu bersifat akademis, dan tujuannya adalah sebagai berikut : mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud mendapatkan pengertian mengenai tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia dimuka bumi.
Fase ketiga ( awal abad ke-20 ). Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di eropa berhasil memantapkan kekuasaannya didaerah-daerah jajahan mereka. Sebagai ilmu yang mempelajari bangsa-bangsa bukan-Eropa, antropologi menjadi kian penting bagi bangsa-bangsa Eropa dalam menghadapi bangsa-bangsa yang mereka jajah. Di samping itu mulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa bukan Eropa itu makin penting karena masyarakat bangsa-bangsa itu pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa, dan pengertian mengenai masyarakat yang tidak kompleks dapat menambah pengertian tentang masyarakat yang kompleks.  
Ilmu itu terutama berkembang disuatu Negara yang paling luas daerah jajahannya, yaitu Inggris, tetapi juga di hampir semua Negara colonial lainnya. Amerika serikat yang bukan Negara colonial, tetapi yang telah mengalami berbagai masalah dengan penduduk pribuminya, yaitu suku-suku bangsa Indian. Kemudian juga terpengaruh oleh ilmu yang baru itu.
Dalam fase ketiga ini antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, yang tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat modern yang bersifat kompleks.
Fase keempat ( sesudah kira-kira 1930 ). Dalam fase ini antropologi berkembang sangat luas baik dalam hal ketelitian bahan pengetahuannya maupun ketajaman metode-metode ilmiahnya. Di samping itu, ketidaksenangan terhadap kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitif ( yakni bangsa-bangsa asli yang terkecil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika ) setelah Perang Dunia II, menyebabkan bahwa antropologi kemudian seakan-akan kehilangan lapangan, dan terdorong untuk mengembangkan lapangan-lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang berbeda. Warisan dari fase-fase perkembangan nya yang semula (fase pertama, kedua,dan ketiga)  yang berupa bahan etnografi serta berbagai metode ilmiah, tentu tidak dibuang demikian saja, tetapi digunakan sebagai landasan bagi perkembangannyayang baru. Perkembangan itu terutama terjadi di universitas-universitas Amerika Serikat, dan setelah tahun 1951 menjadi umum di negara-negara lain.ketika 60 tokoh orang antropologi dari berbagai Negara Amerika dan Eropa ( termasauk tokoh-tokoh dari Uni Soviet pada waktu itu) mengadakan symposium internasional guna meninjau serta merumuskan pokok tujuan maupun ruang lingkup antropologi.
Pokok atau sasaran penelitian para ahli antropologi sudah sejak tahun 1930 bukan lagi suku-suku bangsa primitive bukan eropa lagi, melainkan telah beralih kepada penduduk pedesaan pada umumnya. Baik mengenai keanekaragaman fisiknya, masyarakatnya maupun kebudayaannya. Juga suku-suku bangsa daerah pedesaan Eropa dan Amerika ( misalnya suku-suku bangsa Scami, Flam, Lapp, Albania, dan Irlandia di Eropa, serta masyarakat Middletown dan Jonesville di Amerika ) menjadi sasaran penelitian mereka. Dengan demikian keterangan- keterangan yang hingga kini masih banyak terdapat dalam buku-buku pelajaran antropologi, yaitu bahwa antropologi mempelajari bangsa-bangsa primitif, sudah ketinggalan zaman.   
Antropologi gaya baru ini dalam fase perkembangannya yang keempat ini mempunyai dua tujuan, yaitu (1) tujuan akademis dan (2) tujuan praktis. Tujuan akademisnya adalah untuk mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya. Karena dalam kenyataan antropologi umumnya mempelajari masyarakat suku bangsa, maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

B.         Antropologi Masa Kini
Perbedaan-perbedaan diberbagai pusat ilmiah. Uraian mengenai keempat fase perkembangan diatas perlu untuk memperoleh pengertian tentang tujuan dan ruang lingkupnya. Sifatnya yang dapat dikatakan muda ( yaitu hanya sekitar satu setengah abad)  menyebabkan bahwa tujuan dan ruang lingkupnya masih menjadi bahan perbedaan dan adanya berbagai aliran. Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan universitas tempat ilmu itu berkembang ( yaitu terutama di Amerika Serikat, Inggris, Eropa Tengah, Eropa Utara, Rusia, Jepang, dan Negara-negara berkembang )
Di Amerika Serikat serta meksiko, antropologi telah menggunakan serta mengintegrasikan semua bahan dan metode antropologi fase pertama, kedua, dan ketiga, maupun berbagai spesialisasi yang telah dikembangkan secara khusus guna mendapat pengertian tentang dasar-dasar  dari keaneka ragaman wujud masyarakat dan kebudayaan manusia yang ada sekarang. Dengan demikian , universitas-universitas di Amerika Serikat merupakan tempat dimana dalam fase keempatnya antropologi telah berkembang paling luas.
Di Inggris dan Negara-negara persemakmuran seperti Australia, antropologi dalam fase ketiga masih dilakukan. Namun dengan hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris, sifatnya tentu juga berubah. Pada waktu Papua Nugini dan kepulauan Melanesia masih merupakan daerah-daerah jajahannya, suku-suku bangsa asli di kawasan tersebut dipelajari guna keperluan pemerintah setempat. Setelah daerah-daerah itu merdeka, berbagai masalah mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya menjadi perhatian para sarjana Inggris. Metode-metode antropologi yang telah dikmebangkan di Amerika Serikat kemudian mulai pula mempengaruhi berbagi lapangan penelitian para ahli antropologi Inggris.
Di Eropa Tengah, seperti dijerman, Belanda, Perancis, Austria, dan Swiss, pada awal tahun 1970-an saja Antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa diluar Eropa guna mendapatkan pengertian tentang sejarah penyebaran kebudayaan umat manusia di bumi, sehingga antropologi di Negara-negara tersebut pada waktu itu berada pada fase kedua. Walaupun demikian, generasi muda ahli antropologi di Jerman Barat dan Swiss kini telah banyak menerima pengaruh dari Amerika.
Di Eropa Utara, yaitu di Negara-negara Skandinavia, antropologi sebagian bersifat akademis, seperti halnya dijerman dan Austria. Mereka juga mempelajari banyak daerah diluar Eropa, terutama kebudayaan suku-suku bangsa Eskimo. Di samping itu mereka juga menggunakan banyak metode antropologi yang dikembangkan di Amerika Serikat.
Perkembangan antropologi di Rusia tidak banyak dikenal, karena Negara itu hingga tahun 1960-an sangat tertutup. Walaupun demikian, beberapa tulisan mengenai perkembngan antropologi di Uni Soviet menunjukkan bahwa penelitian antropologi sangat giat dilakukan. Pada waktu antropologi di Negara itu didasarkan pada konsep Karl Marx dan F. Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat, dan hanya dianggap sebagai bagian dari ilmu sejarah, yang mengkhususkan pada pada soal asal mula, evolusi, serta penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Selain bidang teori itu, antropologi di rusia juga melakukan kegiatan pengumpulan bahan tentang beragam bentuk masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa Negara tersebut, serta memamerkannya untuk mengembangkan saling pengertian diantara suku-suku bangsa penduduk  Negara itu. Selain itu, berbagai buku ikhtisar tentang kebudayaan suku-suku babgsa penduduk pribumi benua-benua lain telah disusun oleh para ahli antropologi Rusia. Yang seluruhnya diberi judul Narody Mira ( Bangsa-bangsa Di dunia ). Dengan demikian ada buku-buku mengenai suku-suku bangsa Afrika, Oseania, Asia dan Asia Tenggara ( (termasuk Indonesia ) dalam bahasa Rusia.
Di negara- negara bekas jajahan Inggris, terutama di India, metode-metode antropologi banyak dipengaruhi oleh berbagai aliran   yang berasal dari inggris. Di India, antropologi mendapat fungsi yang sangat praktis untuk mendapatkan pengertian mengenai kehidupan masyarakatnya yang sangat beragam, dan untuk menjalin hubungan antara berbagai golongan penduduknya. Suatu hal yang sangat menarik adalah bahwa di Negara itu antropologi dan sosiologi telah menjadi satu dan merupakan suatu ilmu social yang baru. Dalam suatu Negara seperti India, masalah nasional dan masalah perkotaan sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah pedesaan.
Di Indonesia sekarang telah mulai dikembangkan suatu ilmu antropologi yang khas Indonesia. Kita beruntung bahwa dalam menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia, kita belum terikat oleh suatu tradisi sehingga kita masih dapat memilih serta mengkombinasikan berbagai unsure dari aliran yang paling sesuai yang telah berkembang di Negara-negara lain, dan diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Konsepsi mengenai batas-batas lapangan penelitian antropologi serta pengintegrasian dari semua metode antropologi dapat kita contoh dari Amerika, penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk mengumpulkan data tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan berbagai suku bangsa yang bebeda-berbeda, dan kemudian memamerkannya untuk memperoleh saling pengertian antara berbagai suku bangsa itu, dapat kita contoh dari Rusia, penggunaan antropologi sebagai ilmu praktis untuk mengumpulkan data tentang kebudayaan – kebudayaan daerah dan masyarakat pedesaan guna menemukan dasar-dasar bagi suatu kebudayaan.nasional dengan kepribadian yang khas dan dapat digunakan untuk membangun masyarakat desa yang modern, dapat kita contoh dari Meksiko, antropologi sebagai ilmu praktis yang bersama dengan sosiologi dapat membantu memecahkan masalah-masalah social budaya dan merencanakan pembangunan nasional, dapat kita contoh dari India.
Perbedaan-perbedaan istilah. Sampai sekarang di berbagai Negara masih digunakan istilah-istilah yang berbeda-beda, sehingga di sini perlu kiranya diterangkat dimana istilah-istilah yang bersangkutan lazim dipakai, dengan artinya masing-masing.
Ethnograpy yang diartikan sebagai “ pelukisan ( deskripsi ) tentang bangsa-bansa”, digunakan secara umum di Eropa Barat untuk menyebut bahan keterangan yang ada dalam tulisan-tulisan tentang masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa bukan -Eropa maupun untuk metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengumumkan bahan tersebut. Sampai sekarang istilah itu masih lazim dipakai untuk menyebut bagian dari antropologi yang bersifat deskriptif.
Ethnology, yang berarti “ ilmu bangsa-bangsa”.juga telah di pakai sejak awal. Di banyak Negara istilah itu sekarang mulai ditinggalkan, kecuali di Amerika dan Inggris, tempat istilah itu masih dipakai untuk menyebut suatu bagian dari antropologi yang secara khusus mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Volkerkunde dalam bahasa Jerman, atau Volkenkunde dalam bahasa Belanda, adalah istilah untuk “ ilmu bangsa-bangsa”, dan terutama dipergunakan di Eropa Tengah sampai sekarang.
Kulturkunde berarti “ ilmu kebudayaan” istilah ini pernah dipakai sarjana antropologi Jerman L. Frobenius, dalam arti yang sama seperti Ethnology di Amerika. Ahli lain yang pernah menggunakan adalah G.J.Held, yang pernah menjadi gurubesar di Universitas Indonesia. Dalam bahasa Indonesia istilah Kulturkunde menjadi “ ilmu kebudayaan”, yang sekarang tak pernah di gunakan lagi.
Antropology atau “ ilmu tentang manusia” adalah suatu istilah yang pada awalnya mempunyai makna yang lain, yaitu “ ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia,”. Dalam fase ketiga perkembangan antropologi, istilah ini terutama mulai dipakai di inggris dan Amerika dengan arti yang sama seperti Ethnology pada awalnya. Di inggris, istilah Anthropology kemudian malahan mendesak istilah ethnology,sementara di Amerika  anthropology mendapat pengertian yang sangat luas karena meliputi bagian-bagian fisik maupun social dari “ ilmu tentang manusia”. Di Eropa Barat dan Eropa Tengah istilah Anthropology hanya diartikan sebagai “ ilmu tentang ras-ras manusia dipandang dari ciri-ciri fisiknya.”
Cultural Anthropology akhir-akhir ini terutama digunakan di Amerika, tetapi kemudian digunakan juga di Negara-negara lain untuk bagian dari anthropology yang tidak mempelajari physical Antropology, yaitu yang secara resmi memakai istilah “Antropology budaya” untuk menggantikan istilah G.J Held, “ilmu kebudayaan”.
Social Antropology dipakai di Inggris untuk fase ketiga anthropology, untuk membedakannya dari ethnology, yang di Negara itu dipakai untuk fase-fase pertama dan kedua ilmu itu. Di Amerika, tempat segala macam metode yang saling bertentangan diselaraskan, social Anthropology dan ethnology merupakan dua sub-bagian dari antropologi.

C.   Ilmu-Ilmu Bagian Dari Antropologi
Lima ilmu bagian. Di Uiversitas-universitas Amerika, tempat antropologi telah mencapai perkembangan yang paling luas, ruang lingkup dan batas lapangan perhatian yang luas itu menyebabkan adanya tidak kurang dari lima masalah penelitian khusus, yaitu: 
  1. masalah sejarah asal dan perkembngan manusia ( atau evolusinya) dipandang dari segi biologi,
  2. masalh sejarah terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari cirri-ciri tubuhnya,
  3. masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia,
  4. masalah perkembangan penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia,
  5. masalh mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa didunia.

Lapangan –lapangan penelitian yang bermaksud memecahkan kelima masalah tersebut diatas sangat luas sehingga untuk setiap masalah ( yang merupakan ilmu bagian dari antropologi ) diperlukan ahli-ahli yang khusus dengan penjurusan khusus pula. Dengan demikian pembagian antropologi adalah sebagai berikut:
  1. Antropologi Fisik/ Biologi terdiri dari :
            Paleo – antropologi dan sommatologi.
  1. Antropologi Budaya terdiri dari :
           Arkeologi / Pre-Histori. Etnolinguistik,Ethnologi,Ethnopsikologi,Etnomusikologi
  1. Antropologi Spesialisasi / khusus terdiri dari : Anthropology Ekonomi, Anthropology Politik, Anthropologi Agama, Anthropology Pendidikan, Anthropologi Kesehatan, Anthropology Perkotaan, Antropology Pedesaan, Anthropology lingkungan Hidup, Anthropology Hukum, Anthropology Pembangunan.
4.  Anthropology Terapan

Paleo-antropology adalah ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya serta evolusi manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu ( fosil manusia ) yang ditemukan dalam lapisan- lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.



 Antropology Fisik dalam arti khusus adalah bagian dari anthropology yang mencoba memahami sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan cirri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa cirri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa cirri-ciri tubuh yang tampak lahir, atau fenotipik ( seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak dll ) maupun cirri-ciri tubuh yang dalam, atau genotipik ( mislanya golongan darah ).bagian dari antropologi ini sering kali disebut antropologi fisik dalam arti khusus, atau somatologi.
Anthropology Budaya/ Sosial ( Istilah Antropology budaya lebih Populer didaratan Amerika, sedangkan Anthropology Sosial dipopulerkan Di Inggris dan sekitarnya ) meliputi Arkeologi / Pre- Histori, Ethnolinguistik, Etnologi.
Arkeology atau Pre-Histori merupakan salah satu cabang Antropologi budaya yang mempelajari kehidupan masyarakat pra-sejarah. Istilah pra sejarah dikenakan pada tahap kehidupan masyarakat yang belum mengenal tulisan.
Ethnolinguistik, yang juga disebut antropologi linguistic, adalh suatau ilmu bagian yang pada awalnya erat berkaitan dengan antropologi termasuk cabang ilmu antropologi yang mempelajari bahasa-bahasa.
Ethnologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan suku-suku  bangsa. Ethnologi mempelajari pola-pola kelakuan seperti adapt-istiadat, perkawinan dll.
Pada perkembangan berikutnya Antropologi memiliki spesialisasi kajian seperti Anthropology Ekonomi, Anthropology Kesehatan dll. Akhirnya, menurut sebagian Antropolog Amerika, terdapat bidang Antropology Terapan.Akan tetapi,sebagian besar Antropolog masakini berpendapat Bahwa Anthropology terapan bukanlah bidang tersendiri, karena setiap bidang  kajian dalam Anthropology memiliki aspek –aspek terapan sendiri-sendiri. ( Saifuddin, 2005:22 )
Antropology Terapan berusaha untuk  mengaplikasiakan temuan-temuan Antropolog dalam pemechan masalah yang dihadapi manusia. Anthropology terapan ini mulai populer sejak zaman kolonialisasi oleh Negara-negara Eropa Barat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar