Minggu, 12 Februari 2012

Asusmsi teori fungsionalisme struktural lewis Coser


A.    Asumsi lewis Coser
Pandangan Coser tidak lepas dari kritiknya atas sosiologi Amerika waktu itu yang mulai melupakan pembicaraan konflik. Para sosiolog Amerika yang ramai-ramai mengembangkan fungsionalisme telah menggeser tradisi berpikir sosiologi sebelumya yang berbentuk sosiologi murni menuju corak sosiologi terapan ( Applied Sociology ). Disamping itu, pemanfaatan temuan-temuan riset dan personel peneliti para sosiolog masuk ke birokrasi public dan perusahaan swasta. Para sosiolog Amerika tidak pernah membuat gambaran baik mengenai konflik. Bagi mereka, konflik adalah disfungsi yang harus di hindari.[1]
Menurut Lewis Coser, sosiologi harus mampu menerangkan ketertiban maupun konflik, struktur maupun perubahan. Kritik yang dilancarkan terhadap teori konflik dan fungsionalisme structural maupun kekurangan yang melekat di dalam masing-masing teori itu, menimbulkan beberapa  upaya untuk mengatasi masalahnya dengan merekonsiliasi atau mengintegrasikan kedua teori antara teori fungsionalisme structural dan teori konflik. Asumsinya adalah bahwa dengan  kombinasi maka kedua teori itu akan menjadi lebih kuat ketimbang masing-masing berdiri sendiri. Karya yang paling terkenal yang mencoba mengintegrasikan kedua perspektif ini berasal dari Lewis Coser, The Function of Social Conflict ( 1956 ).[2]
Pemikiran awal tentang fungsi konflik social berasal dari Georg Simmel, tetapi di perluas oleh Coser. Coser lebih memilih George simmel dari pada tokoh sosiolog klasik lain. George Simmel jauh lebih menarik perhatian Coser. Coser memilih gagasan Simmel berupa akar gagasan dan komitmen umum untuk analisis fenomena social berupa konflik social. Lewat tangan dan pemikiran Lewis Coser, Tulisan George Simmel yang kurang beraturan dan masih kabur penegasannya menjadi semakin jelas posisinya, juga tentunya lebih sistematis.[3] Coser berjasa membuat tulisan George Simmel menjadi lebih hidup lewat tangan dan buah pemikirannya.
 Sisi  menarik pandangan sosiologis Coser adalah kesetiaan atas kajian konflik yang bisa di jelaskannya pada dua hal penting.[4]
1.      Konflik dapat mengikat masyarakat secara bersama-sama
2.      Konflik dapat menggerakkan perjuangan dan konfrontasi.
Coser berbeda dari beberapa ahli sosiologi yang menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda yaitu teori kaum fungsional structural versus teori konflik, maka Coser mengemukakan  asumsinya bahwa dengan  kombinasi maka kedua teori itu akan menjadi lebih kuat ketimbang masing-masing berdiri sendiri.
Pada sisi lain dalam pemikiran teori konflik, Coser melihat konflik sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuaian, dapat memberi peran positif, atau fungsi positif, dalam masyarakat.
Pandangan teori Coser pada dasarnya usaha menjembatani teori fungsional dan teori konflik, hal itu terlihat dari fokus perhatiannya terhadap fungsi integratif konflik dalam sistem sosial. Coser sepakat pada fungsi konflik sosial dalam sistem sosial, lebih khususnya dalam hubungannya pada kelembagaan yang kaku, perkembangan teknis, dan produktivitas, dan kemudian konsen pada hubungan antara konflik dan perubahan sosial.


[1] Dwi Susilo, Rachmad K. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakart: Ar-Ruzz Media. 2008, hlm 225
[2] Ritzer George & Goodman, Douglas J. Teori Sosiologi Modern. Ed 6. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm , 158-159
[3] Coser mengemukakan, Simmel nampaknya mengikuti dorongan hatinya, mulai dari epistimologi Kant sampai ke sosiologi mengenai makanan atau mode atau topic apa saja lainnya yang mungkin muncul dalam fantasinya. Dalam proses itulah dia mengembangkan sejumlah seketsa yang analitis dan brilian, namun hasil keseluruhannya bersifat fragmen-fragmen.  Baca ,( Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi Modern dan Klasik, Jakarta: Gramedia, 1986, hlm 254 ).
[4] Dwi Susilo, Rachmad K. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakart: Ar-Ruzz Media. 2008, hlm 226

Tidak ada komentar:

Posting Komentar