A. Pengertian Perubahan
Sosial dan Kebudayaan
Perubahan social adalah proses continue yang tampak
dalam perubahan-perubahan hubungan-hubungan social, ia mengandung aspek
normative dari kehidupan masyarakat dan menyangkaut soal interpretasi.[1]
Perubahan kebudayaan adalah peruibahan-perubahan didalam
struktur-struktur social dan hubungan social di masyarakat. Merupakan perubahan
dalam kebudayaan suatu masyarakat.
Termasuk
perubahan-perubahan social, misalnya:
a)
Perubahan jumlah penduduk karena
angka kelahiran dan kematian
b)
Perubahan berkenaan dengan usia (
distribusi usia )
c)
Perubahan mutu rata- rata karena
pendidikan
d)
Mundurnya suasana informal dan
keramh-tamahan pribadi sebagai akibat pindahnya orang dari desa kekota
e)
Perubahan-perubahan didalam
hubungan social antara buruh dan majikan, suatu perserikatan telah menjadi
teratur
f)
Perubahan tingkah laku, seorang
suami dari status bos keseorang teman dilingkungan keluarga yang bercorak
demokratis
Perubahan
kebudayaan, misalnya :
a)
Karena adanya penemuan baru,
seperti aoto mobil yang dari tahun ketahun slalu berubah karena slalu ada
penemuan yang baru
b)
Penambahan kata-kata baru ( kosa
kata ) dalm bahasa kita
c)
Perubahan konsep tentang sopan
santun ( kepantasan kelakuan ) dan moral, etika ( adab ).
d)
Bentuk-bentuk baru dibidang musik,
seni, tarian, atau adanya kecenderungan umum yang mengarah kepada persaamaan (
kedudukan pria dan wanita )
Konsep ini
tumpang tidih, sebab kecenderungan arah menuju sex equality ( persamaan jenis kelamin ) itu termasuk,
baik dalam perubahan-perubahan perangkat norma-norma kebudayaan, dan termasuk
juga di dalamnya peranan pria dan wanita, serta perubahan-perubahan dalam
hubungan-hubungan social ( social change ).
Pembadaan pengertian sulit dilakukan sebab sangat
berdekatan, oleh karena kedua istilah kadang-kadang dipakai bersama sebagai
“ socio cultural change “ atau perubahan
social kebdayaan, untuk perubahan kedua macam sekaligus ( Horton & Hunt,
1976 : 444 ). Perbedaannya terletak pada definisi yang diberikan tentang
masyarakat dan kebudayaan. Jika definisinya jelas, maka jelas pula perbedaan
antar perubahan social dan kebudayaan itu. Akan tatapi oleh karena tidak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin ada
kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat, maka sebenarnya acap
kali mudah untuk menentukan dimana letaknya garis pemisah antara masyarakat dan
kebudayaan.
Meskipun secara teoritis dan analisis pemisahan antara
pengertian-pengertian itu dapat dirumuskan, namun di dalam kehidupan yang nyata
garis pemisahan itu sukar dapat dipertahankan. ( Selo Soemardjan, 1974: 488 )
Biasanya diantara kedua gejala tersebut dapat ditemukan
hubungan timbal balik sebagai sebab dan akibat. Oleh karena itu untuk
mengetahui suatu perubahan dalam masyarakat. Perlu diketahui sebab-sebab yang
mengakibatkan perubahan dalam masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang
mengakibatkan perubahan. Ada
sebab yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, dan ada sebab-sebab yang
berasal dari luar atau pengaruh dari masyarakat lain.
Sebab-sebab perubahan yang berasal dari luar, biasanya
perubahan terjadi karena kebudayaan masyarakat lain yang mempengaruhinya lebih
kuat daripada kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Hal itu terjadi karena
hubungan timbal balik secara fisik, sehingga cenderung untuk saling
mempengaruhi. Jika hubungan social terjadi secara tidak langsung ( memakai
media massa ,
film tv,radio ), maka ada kemungkinan pengaruhnya itu datang nya dari satu
pihak, yang secara aktif menggunakan media tersebut yang terkena pengaruh,
sedangkan yang lain, tidak menerima pengaruh, tetapi yang mempengaruhi.
B. Faktor-Faktor Penyebab
Perubahan Sosial dan kebudayaan
Perlu dipahami dulu makna istilah sebab iti. Sebab (
cause ) seringkali dibatasi sebagai satu penomena yang meliputi kedua hal,
yaitu penting dan cukupnya untuk menghasilkan satu akibat ( pengaruh ) yang
dapat diperkirakan atau diramalkan. ( Horton & Hunt, 1976 : 447 ). Hal itu
penting diketahui karena tidak pernah ada akibat tanpa sebab, dan cukup tidaknya
sebab itu sendiri untuk menimbulkan akibat. Didalam ilmu-ilmu social umumnya,
sebab-sebab itu adalah sejumlah factor yang berinteraksi didalam memproduksikan
satu hasil.
Factor-faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan
social adalah factor social dan kebudayaan , bukan factor biologis dan
geografis. Meskipun ada juga pendapat yang menyatakan segi biologis dan
geografis, namun pendapat tersebut tidak cukup kuat.
Factor-faktor yang turut berinteraksi dalam proses
perubahan social, antara lain :
a)
Lingkungan phisik;
Perubahan-perubahan
utama di dalam lingkungan fisik kelewat jarang, tetapi sangat-sangat
memaksakan, kapan saja terjadi. Misalnya saja, karena gunung meletus, gempa
bumi atau perubahan-perubahan cuaca yang mengakibatkan perubahan besar dari
daerah subur menjadi tandus, bahkan menjadi daerah padang pasir, akan memaksa
penduduk di daerah itu untuk meninggalkan wilayahnya, atau bahkan mengalami
kepunahan, hingga punah pula budaya atau masyarakat.
b)
Perubahan penduduk;
Perubahan
penduduk akan mengakibatkan perubahan social dan kebudayaan, seperti di daerah
transmigrasi, yang semula daerahnya masih kurang padat penduduk, atau belum
berpenduduk, dengan datangnya penduduk baru di daerah itu. Semakin padatnya
penduduk unsure-unsur keramahtamahan kelamaan semakin menjadi kabur, dan akan
terjadi perubahan di bidang-bidang kehidupan yang lain. Diantara ilmuan-ilmuan
social, ada yang berpendapat bahwa ledakan jumlah penduduk akan mengancam
kehidupan dan menyebabkan kehancuran total peradaban moderen.
c)
Isolasi dan kontak
Sejak
adanya unsur-unsur baru yang lebih banyak mendatangkan usaha menembus isolasi,
terjadi penyebaran yang dapat menimbulkan perubahan dalam segala segi
kehidupan, baik social maupun kebudayaan. Kontak social sangat besar
pengaruhnya dalam membawa kepada perubahan. Contohnyya, jepang menjadi maju
setelah dibuka oleh Amerika, juga RRc, setelah kunjungan Presiden Nixon dari AS
pada 1966.
Perang
dan perdagangan selalu membawa kontak antar kebudayaan dan membawa perubahan.
Dewasa ini, dengan semakin digalakkannya tourisme ( pariwisata ), akan semakin
terbuka pula terjadinya kontak social dan kebudayaan di antara bangsa-bangsa di
dunia.
d)
Struktur social dan kebudayaan
Struktur
masyarakat dan kebudayaan berpengaruh pada perubahan. Dari penelitian Inkeles
dan Smith ( 1974 ) dituju Negara yang sedang membangun, untuk mendapatkan
indicator apa yang menyebabkan orang-orang menerima perubahan?, mereka
menemukan bahwa :
1)
Orang-orang yang bekerja dipabrik
dan mereka yang membaca surat
kabar ternyata lebih mudah menerima perubahan.
2)
Masyarakat yang memberikan
otoritas yang besar kepada orang tua, cenderung untuk konservatif dan stabil.
3)
Masyarakat yang menekankan pada
comformity ( penyesuaian diri ) pada tradisi adalah kurang menerima perubahan
dari pada masyarakat yang memberikan keleluasaan kepada pribadi dan bersifat
toleransi sehingga mereka dapat mempertimbangkan budaya yang berbeda-beda.
4)
Birokrasi yang terpusat, sangat
dimungkinkan untuk membawa kearah kemajuan dan penyebaran perubahan-perubahan,
walaupun kadang-kadang birokrasi digunakan untuk menindas adanya perubahan.
e)
Sikap dan nilai-nilai
Sikap
dan nilai-nilai masyarakat sangat mendorong dan sangat sebaliknya. Missal,
sikap orang Amerika yang memandang perubahan sebagai hal yang normal tetapi
sebaliknya. Sikap orang Tobriand ( di kepulauan diluar New Guenea ) tidak
memiliki konsep tentang perubahan itu. Dari kedua gambaran sikap masyarakat
itu, jelas sekali bahwa sikap dan nilai-nilai masyarakat dapat mendorong atau
sebaliknya pada perubahan.
f)
Kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan
Kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang atau
masyarakat sangat berpengaruh pada dasar dan arah perubahan. Dibeberapa Negara
yang sedang membangun atau dinegara –negara yang terbelakang, terdapat banyak
masyarakat yang mengkonsumsi makanan yang kurang tepat. Orang tidak hanya
memerlukan lebih banyak makanan, tetapi
mereka juga membutuhkan makanan yang banyak fariasi, terutama sayur,
buah-buahan dan ikan. Kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan ini membawa pengaruh
kepada orang dan masyarakat untuk berdaya cipta menemukan sesuatu ( Discovery,
Invention, maupun innovation )
g)
Dasar budaya
Dasar
budaya ( cultural base ) dimaksudkan seperti yang dikatakan oleh Horton &
Hunt ( 1976 : 451 ) “ The accumulation of knowledge and technique available to
the invention “ dasar-dasar budaya ini merupakan factor penting dari semua
unsur penyebab terjadinya perubahan, sebab ia menyediakan pondasi pengetahuan
dan keterampilan yang penting untuk mengembangkan unsure-unsur baru, yang
memperluas kemungkinan adanya inovasi, melipatgandakan serta menyebarluaskannya
keluar masyakat an wilayahnya, juga menghasilkan penemuan baru yang lebih
banyak dan bermanfaat untuk perubahan.
C. Proses Perubahan Sosial
dan Kebudayaan
Proses
perubahan social meliputi :
a. Discovery
Discovery ialah penemuan dari suatu unsure kebudayaan
yang baru, abik yang berupa suatu alat baru ataupun yang berupa suatu ide yang
baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau suatu rangkaian
ciptaan-ciptaan dari individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutan.[2]
Suatu penemuan ( discovery ) adalah satu daya tangkap
manusia secara bersama-sama dari aspek kenyataan yang sudah ada. Sebagai
contoh, manusia telah menemukan prinsip-prinsip lever, predaran darah dan
reflek karena rangsangan. Demikian juga petani telah menemukan cara memisahkan
biji padi dari bulirnya, dari cara yang tradisional dengan menumbuk bulir-bulir
padi agar biji-bijinya terpisah, lalu dengan cara menginjak-injak bulir-bulir
padi tersebut agar biji-biji nya terpisah. Kemudian dengan cara
membanting-banting bulir-bulir padi yang masiha ada batangnya itu pada sebilah
papan. Yang terakhir ditemukan mesin pemisah biji-biji padi tersebut.
Discovery ( Penemuan ) adalah satu tambahan pada gudang dunia ilmu pengetahuan yang sudah
dibenarkan. Ia menambah sesuatu yang baru dalam kebudayaan, sebab walaupun
kenyataan itu sudah ada ia menjadi bagian dari kebudayaan hanya setelah
ditemukan. Discovery menjadi suatu factor dalam perubahan social, hanya ketika
ia sudah dipakai. Ia mungkin menjadi suatu bagian dari latar belakang
pengetahuan yang dipakai orang dalam mmengevaluasi praktek-praktek mereka
dewasa ini.
Penemuan discovery menjadi satu factor didalam perubahan
social mana kala pengetahuan baru itu dipungut untuk penggunaan-pengguanaan
baru.
b. Invention
Invention, seringkali dibatasi sebagai “satu kombinasi
baru atau satu penggunaan baru dari pengetahuan tang sudah ada”, misalnya
ditahun 1895 George selden dengan mengkombinasikan hal-hal yang sudah ada,
menghasilkan sesuatu barang yang kemudian dikatakan sebagai auto mobil. Hak
paten George Selden tentang auto mobil itu kemudian diserang dan akhirnya
dicabut kembali oleh pengadilan dengan landasan bahwa dai bukan yang mula-mula
mempunyai ide mengkombinasikan unsure-unsur tersebut.
Invention mengandung unsure: adanya unsure-unsur lama
(yang sudah ada) dan ide untuk menggabungkan, sehingga menghasilkan sesuatu
yang baru (yang belum pernah ada sebelumnya) yang dalam bahasa inggris disebut
novelty. Seperti besi ditambah dengan metal lain dalam jumlah tertentu menjadi
baja, suatau metal baru dengan sifat-sifat yang bukan metal yang telah
diketahui sebelumnya (pada waktu itu).
Invention dengan discovery agak sulit dipisahkan ada
yang membedakan berdasarkan motivasi. Dalam hal discovery (penemuan), itu
terjadi secara kebetulan, sedangkan pada invention, merupakan satu hasil usaha
yang sadar.
Lington, seperti dikutip oleh Harsojo (1972:138)
mengajukan devinisi bahwa “discovery adalah setiap penambahan pada pengetahuan
dan invention adalah pengetrapan yang baru dari pengetahuan”.
Invention
dapat diklasifikasikan dalam:
Ø
Material invention, seperti
busur dan anak panah, telephone, pesawat udara, dan lain-lain.
Ø
Social invention, seperti
abjad atau alphabet, pemerintahan konstitusional, dan lain-lain.
Sebuah buku populer yang ditulis oleh Burlingame (1947),
menganalisa sejumlah invention, menunjukkan bagaimana tiap-tiap invention, pada
setiap bagian dimulai ratusan atau ribuan tahun yang lalu dan berlangsung terus
melewati berdosin-dosin penciptaan pendahuluan dan tingkat antara.
Invention bukah hanya terbatas pada satu masalah
individu, tetapi juga satu proses social meliputi serial modivikasi dan
perbaikan-perbaikan serta rekomendasi hingga ahkirnya menjadi sesuatu novelty
(yang baru).
Gillin (1948) menunjukkan bahwa “tiap-tiap invention
boleh jadi baru di dalam bentuk, fumgsi ddan makna atau artinya. Bentuk, mengacu pada bentuk dari objek baru itu, atau
tindakan dari pola tingkah laku baru. Fungsi mengacu kepada “untuk apa
invention dilakukan”, dan makna atau arti, mengacu kepada konsekuensi pemakaian
melewati proses pengaturan yamg panjang”.
Prof. Harsojo (1972:139), mengemukakan dua hal tentang
invention, yaitu : a. basic invention, b. improving invention. Yang pertama,
yaitu yang meliputi pemakaian prinsip-prinsip baru atau kombinasi fari
prinsip-prinsip baru. Basic disini mempunyai arti “bahwa ia membuka
kemungkinan-kemungkinan akan adanya kemajuan dan menjadi dasar dari berbagai
invention” jika basic invention itu telah diterima oleh suatau masyarakat, maka
timbullah improving invention, yang biyasanya mempunyai arti “memperbaiki
penemuan-penemuan yang telah ada”.
Basic invention ini merupakan produk dari dua aktivitas,
yaitu aktivitas yang diusahakan dengan sadar, dan aktivitas yang terjadi secara
kebetulan.
Dalam masyarakat moderen ini, basic invention dilakukan
dengan sadar dan dihasilkan dalam laboratorium dengan rencana
penelitian-penelitian tertentu.
Yang paling penting bagi kegunaan sehari-hari ialah
improving invention, sebab basic invention itu biyasanya amatlah kurang
sempurna untuk digunakan praktis.
c. Innovation.
Istilah
inovasi kadang-kadang dipakai untuk sekaligus yang mengandung arti discovery
dan invention. Sebagaimana disebutkan oleh Barnett. Penerjemahan innovation ke bahasa Indonesia berbeda-beda,
tapi tidak mengurangi maknanya.[3]
Dalam kamus Ksatrya,Innovation dialihbahasakan
sebagai “ penggantian cara-cara yang lama dengan yang baru “[4]
Menurut
Hasan Sadzily dan John M. Echols, innovation diterjemahkan sebagai “
pembaharuan, perubahan ( secara ) baru, dan innovator sebagai penemu cara baru,
pembaharu “.[5]
Barnett
memberi definisi innovation sebagai pikiran, tingkah laku, atau barang-barang
yang dianggap baru, karena secara kualitatif berbeda dengan bentuk-bentuk yang
ada. ( An innovation is here defined as any thought, behaviour, or thing that
is new because it is qualitatively different from existing forms ).[6]
Tiap
innovasi adalah suatu ide atau konstelasi ide yang menurut kodratnya hanya
dalam organisasi mental, dalam tata piker yang sifatnya ruhaniah. Inovasi akan
tampak nyata jika telah menjadi kelakuan, tindakan atau sesuatu barang yang
dihasilakn sebagai konsekuensi inovasi tersebut.
Ukuran
baru sesuatu ide, kelakuan atau benda-benda yang dihasilkan adalah relative,
artinya bersifat subyektif menurut pandangan seseorang yang menangkapnya. Jika
seseorang menganggap suatu gagasan baru, artinya secara kualitatif berbeda dari
kebiasaan yang ada. Dengan begitu, baru dalam ide yang inovatif, tidak berarti
harus baru sama sekali.
Setiap
gagasan pernah menjadi inovasi. Tiap inovasi. Tiap inovasi pasti berubah
seiring dengan berlalunya waktu. Ada
inovasi yang perlu disebarluaskan dan
diadopsi, tetapi ada juga yang tidak perlu disebarluaskan dan diadopsi. Inovasi
yang tidak cocok dengan seseorang dan social, bisa mendatangkan bahaya dan
tidak ekonomis. Ada
inovasi yang berwujud dan ada yang tidak berbentukk ( hanya berupa ide ).
Inovasi
itu timbul dan dimungkinkan oleh mekanisme psychology untuk belajar sebagaimana biasa, dan dibedakan
daripada tingkah laku yang amat individual. Bahwa kebiasaan yang diajukan
secara baru itu diterima dan diteruskan secara social.
Dalam
rangka studi tentang perubahan social dan kebudayaan inovasi dapat dibedakan
menjadi :
1.
Variasi, apabila yang berubah itu
segi yang amat kecil saja dari adapt kebiasaan yang terdahulu, misalnya mode
pakaian, ( mini, midi, maxi dan lain-lain ), kebiasaan memperingati hari lahir
yang makin diformulasikan dan bersifat profane.
2.
Tentation atau invention, ialah
satu proses perubahan yang tidak terjadi atas kontinuitas. Dalam arti lebih
lanjut, invention adalah proses yang mengkombinasikan unsur-unsur yang telah
ada, menjadi unsur-unsur yang lebih baru. Tetapi ia menimbulkan unsure-unsur
kebudayaan baru sebagai hasil kerja secara trial and error dalam menghadapi
situasai-situasi atau problema-problema baru. Discovery, invention, variation,
tention dan diffuse adalah bagian-bagian dari innovation.[7]
d. Diffusi ( diffusion =
Penyebaran )
Kemajuan yang dicapai oleh banyak masyarakat didunia
dewasa ini sebagaian besar disebabkan oleh adanya penyebaran dan peminjaman
kebudayaan atau unsure-unsurnya dari masyarakat ke masyarakat yang lain, yang
disebut difusi.
Dengan demikian difusi dapat dikatakan sebagai “ proses
persebaran dari unsure-unsur kebudayaan dari seseorang ( individu ) ke individu
yang lain, dari individu yang lain, dari satu masyarakat ke masyarakat yang
lain.”
Proses yang tersebut pertama ialah persebaran dari
individu ke individu yang lain didalam batas satu masyarakat disebut difusi
intra masyarakat atau intra-diffusion, dan proses yang kedua ialah, persebaran
dari masyarakat ke masyarakat disebut difusi inter masyarakat atau inter
diffusion.
Proses persebaran berlangsung baik didalam masyarakat,
dan diantara masyarakat-masyarakat. Misalnya, Jaz adalah musik orsinil diantara
musisi berkulit hitam di New Orleans ,
dan menjadi tersebar ke kelompok lain didalam masyarakat itu, hingga akhirnya
ia tersebar ke masyarakat lain, dan bahkan kini telah menyebar menjadi
peradaban dunia. Difusi berlangsung kapan saja masyarakat mengadakan kontak.
Proses difusi selalu melalui dua arah.
Masyarakat yang memliki kebudayaan dengan teknologi yang
rendah, umumnya cenderung untuk meminjam dari mereka yang sudah memiliki
teknologi yang lebih maju.
Didalam masyarakat itu sendiri, mereka yang berkedudukan
rendah, selalu meminjam lebih banyak dari mereka yang mempunyai kedudukan
tinggi. Kelompok budak umumnya menyerap budaya tuan mereka, sementara mereka melupakan
atau mematikan.
Difusi adalah satu proses selektif. Satu kelompok
menerima beberapa unsure kebudayaan dari tetangga ( pihak lain ) dan pada waktu
yang bersamaan juga menolak unsure kebudayaan yang lain. Difusi umumnya
mengandung beberapa modifikasi dari unsure pinjaman. Perlu diingat bahwa tiap
unsure kebudayaan yang lain. Difusi umumnya mengandung beberapa modifikasi dari
unsur kebudayaan memiliki prinsip, bentuk, fungsi, dan arti atau makna.
Diantara atau semua unsure itu mungkin berubah, manakala satu unsure telah
menyebar. Sebagai contoh, tembakau Indian. Orang –orang Eropa mengadopsi
tembakau tersebut dan turut meminumnya dengan alat pipa tersebut berubah
bentuknya, dan bahkan mereka selalu menambah dengan unsure-unsur baru, sehingga
terdapat bentuk-bentuk cerutu, sigaret, tembakau sugi ( susur ). Bahkan orang
Eropa telah memasukkan perubahan dalam fungsi dan makna. Orang Indian meminum
tembakau sebagai satu upacara ritual, sedangkan orang Eropa memakainya untuk
obat, dan terakhir sebagai kepuasan pribadi dan gengsi social dalam pergaulan
masyarakat.
D. Jenis- Jenis Perubahan
Sosial
Perubahan-perubahan
, baik social maupun kebudayaan dimasyarakat dapat dibedakan antara lain:
1. perubahan yang terjadi
dengan lambat dan yang terjadi secara cepat.
Yang
pertama diperlukan waktu yang lama dan rentetan perubahan-perubahan kecil yang
mengikutinya, ini disebut evolusi. Sedangkan yang kedua, disebut evolusi.
Dalam
hal revolusi, perubahan dapat direncanakan dan menyangkut unsur-unsur pokok
dalam kehidupan manusia, dan dapat juga tanpa direncanakan. Terjadinya
revolusi, biasanya diawali dengan pemberontakan, di sini diperlukan
unsure-unsur tertentu, antara lain :
a.
ada keinginan umum untuk
mengadakan perubahan, sebagai perwujudan rasa tidak puas terhadap puas terhadap
keadaan yang ada.
b.
Ada pemimpin yang mampu membawa masyarakat
untuk mengarahkan keinginan bersama, menjadi satu kenyataan dengan perencanaan
dan tindakan-tindakan nyata untuk mencapai tujuan itu.
c.
Ada momentum yang tepat untuk bergerak.
2. Perubahan-perubahan yang
pengaruhnya kecil dan yang besar pengaruhnya.
Yang
kecil pengaruhnya ialah perubahan pada unsure-unsur struktur masyarakat yang
tidak secara langsung berpengaruh kepada masyarakat. Misalnya: mode pakaian,
tidak akan membawa pengaruh yang berarti bagi masyarakat secara keseluruhan,
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan.
Yang
kedua, misalnya kepadatan penduduk yang besar pada suatu areal yang sempit,
akan membawa perubahan-perubahan yang besar pengaruhnya dimasyarakat. Contoh
lain, industrialisasi pada masyarakat agraris, akan membawa pengaruh
perubahan-perubahan yang besar kepada segi-segi kehidupan masyarakat.
3.Perubahan-perubahan yang
direncanakan atau diarahkan atau dikehendaki, dan perubahan yang tidak direncanakan atau
dikehendaki.
Yang
pertama, misalnya Indonesia
membuat perencanaan pembangunan secara lima
tahunan yang disingakt dengan PELITA. Selama itu diadakan tindakan-tindakan,
atau kegiatan dalam berbagai bidang kehidupan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat lalu diadakan evaluasi. Seterusnya direncanakan lagi tahap
berikutnya, sehingga ada REPELITA I, II, III dan seterusnya. Contoh lain
melalui agen pembaharuan ( the agent of change ) seperti TKS BUTSI ( Tenaga
Kerja Sarjana Badan Usaha Teanaga Kerja
Sukarela Indonesia
), BUUD ( Badan Usaha Unit Desa ), LKMD. PKK. AMD ( Abri Masuk Desa ) dan
lain-lain.
Yang
kedua contohnya, mungkin terjadi efek samping atau akibat sampingan dari
tindakan pertama ( yang direncanakan ), yang mwrpakan perubahan-perubahan yang
tidak diinginkan atau direncanakan, yang terjadi secara bersamaan dengan
perubahan yang dikehendaki, misalnya ; munculnya tempat-tempat perbelanjaan,
perjudian, pelacuran disekitar proyek pembangunan.
E. Teori Perubahan Sosial
Sebuah
teori besar merupakan teori yang cakupannya sangat luas dan meliputi beberapa
fenomena penting yang terjadi pada semua kurun waktu dan tempat. Teori tersebut adalah :
v
Teori Evolusioner
Semua
teori evolusioner menilai bahwa perubahan social memiliki arah tetap yang dilalui
oleh semua masyarakat. Semua masyarakat itu melalui urutan pentahapan yang sama
dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju ketahap perkembangan terakhir.
Disamping itu, teori-teori evolusioner menyatakan bahwa manakala tahap terakhir
telah dicapai, maka pada saat itu perubahan evolusioner pun berakhir.
August
Comte ( 1798-1857 )seorang sarjana prancis kadang kala disebut sebagai pendiri
sosiologi, melihat adanya tiga tahap perkembangan yang dilakukan oleh
masyarakat:
1.
tahap teologis ( Teological Stage
) yang diarahkan oleh nilai-nilai dialami ( supernatural )
2.
tahap metafisik ( Methaphysical
stage ) yakni tahap peralihan dimana kepercayaan terhadap unsure adikodrati
digeser oleh prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan
budaya.
3.
Tahap positif atau tahap ilmiah (
positive or scientific stage ) dimana masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang
didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
Herbert
Spencer ( 1820-1903 ) adalah seorang sarjana Inggeris yang menulis buku pertama
berjudul Prinsip-Prinsip Sociologi. Sebagaimana halnya dengan kebanyakan
sarjana pada masanya, spencer tertarik pada teori evolusi organisnya Darwin dan ia melihat adanya persamaan dengan
evolusi social-peralihan masyarakat melalui serangkaian tahap yang berawal dari
tahap kelompok suku homogen dan sederhana ke tahap masyarakat modern yang
kompleks. Spencer menerapkan konsep yang “terkuatkanlah yang akan menang” nya Darwin ( Survival Of The
Fittest ) terhadap masyarakat. Ia berpandangan bahwa orang-orang yang cakap dan
bergairah ( energetic ) akan memenangkan perjuangan hidup, sedang orang-orang
yang malas dan lemah akan tersisih. Pandangan ini kemudian dikenal dengan “
Darwinisme social “ dan banyak dianut
oleh golongan kaya.
Lewis
Henry Morgan ( 1818-1881 ), seorang ahli antropologi Amerika, melihat adanya
tujuh tahap teknologi yang dilalui oleh masyarakat dari tahap perbudakan hingga
tahap peradaban.
Semua
teori evolusioner memiliki kelemahan tertentu:
1.
data yang menunjung penentuan
tahap masyarakat dalam rangkaian tahap seringkali tidak cermat; dengan
demikian, tahap suatu masyarakat ditentukan sesuai dengan tahap yang dianggap
paling cocok dengan teori
2.
urutan tahap tidak sepenuhnya
tegas, karena beberapa masyarakat mampu melangkahi beberapa tahap antara dan langsung
ke tahap industri atau tahap komunis, serta beberapa masyarakat lainnya bahkan
mundur ke tahap terdahulu
3.
pandangan yang menyatakan bahwa
perubahan social besar akan berakhir ketika masyarakat mencapai tahap akhir.
Walaupun demikian teori evolusi masih mengandung banyak
deskripsi yang cermat. Kebanyakan masayarakat sederhana ke masyarakat kompleks.
Sampai pada batas-batas tertentu memang ada tahap-tahap perkembangan dan pada
setiap tahap berbagai unsure budaya terkait kedalam system yang terintegrasi.
Dengan adanya modernisasi beberapa perubahan social telah dianggap perlu,
misalnya system transportasi dan bank, spesialisasi pekerjaan, dan organisasi
social yang didukung oleh peran, bukannya oleh jalinan kekerabatan. Semua
masyarakat yang melakukan modernisasi harus mengalami rangkaian perubahan yang
kurang lebih sama. Jadi, walaupun teori
tentang adanya serangkaian tahap tidak sepenuhnya benar, namun teori itupun
tidak sepenuhnya salah.
v
Teori Siklus
Menurut
teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan social
merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari dan tidak menutup
kemungkinan perubahan social itu akan membawa kemunduran atau sebaliknya.
Perubahan social akan membawa kearah yang lebih baik.
Oswald
Spengeler ( 1880-1936 ), seorang ahli filsafat Jerman, berpandangan bahwa
setiap peradaban besar mengalami proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan, dan
keruntuhan. Proses perputaran itu
memakan waktu sekitar seribu tahun.
Pitirim
Sorokin ( 1889-1968 ) adalah seorang ahli sosiologi Rusia yang melarikan diri
ke Amerika Serikat setelah meletus nya revolusi. Ia berpandangan bahwa semua
peradaban besar berada dalam siklus tiga system kebudayaan yang berputar tanpa
akhir.
1.
kebudayaan ideasional ( ideational
cultural ) yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsure
adikodrati ( supernatural )
2.
kebudayaan idealistis dimana
kepercayaan terhadap unsure adikodrati dan rasionalitas yang berdasarkan fakta
bergabung dalam menciptakan masyarakat yang ideal
3.
kebudayaan sensasi dimana sensasi
merupakan tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Arnold
Toyenbee ( 1889-1975 ), seorang sejarawan Inggris, juga menilai bahwa peradaban
besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan kematian.
v
Teori Konflik
Teori
ini menilai bahwa sesuatu yang konstan
atau tetap adalah konflik social bukan perubahan social karena perubahan
hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik
berlangsung terus menerus maka perubahan tersebut juga akan mengikutinya.
v
Teori Fungsionalis
Menurut
teori ini beberapa unsure kebudayaan bisa saja baerubah dengan cepat. Sementara
unsure lainnya tidak dapat mengikuti perubahan unsure tersebut. Yang terjadi
adalah ketertinggalan unsure yang berubah secara peralihan tersebut menjadikan
kesenjangan social ( cultural lag ). Perubahan social dianggap suatu hal yang
mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat
perubahan itu diintegrasikan dalam kebudayaan.
[2]
Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru. 1982 Hlm 324
[3] Horton
B. Paul & Chaster L, Hunt, 1976. Sociologi, four edition, hlm 445
[4] Miraza,
H. Mohd. Nuh, dkk., 1972. ksatrya Dictionary Kamus Inggris Indonesia . Hlm 183
[5] Echols,
John M. dan Hassan Shadily, 1976. Kamus Inggris Indonesia , hlm 323
[6] Barnett,
H.G.1953. Innovation : The Basis of Cultural Change, New York Toronto London,
hlm 7
[7] Harsojo,
Prof., 1972. Pengantar Antropologi ( Edisi Baru ), Bandung . Hlm 142-143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar