- Aliran Etika Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran Naturalisme, sebab menurut
penganut paham vitalisme ini yang menjadi ukuran baik dan buruk itu bukanlah
alam, akan tetapi “ vitae “ atau hidup ( yang sangat diperlukan untuk hidup ).
Aliran vitalisme ini dapat dikelompokkan kepada:[1]
a)
Vitalisme Pessimistis ( Negatif
Vitalis )
Menurut aliran ini bahwa manusia yang dilahirkan adalah “ celaka “,
disebut celaka adalah karena ia dilahirkan dan hidup. Lahir dan hidup manusia
tidak ada gunanya, dan paham Vitalisme Pessimistis yang mengungkapkan “
homohomini lupus “, artinya “ manusia yang satu adalah merupakan serigala bagi
manusia yang lainnya “.
b)
Vitalisme Optimisme
Menurut aliran ini “ hidup atau kehidupan adalah berarti pengorbanan
diri, oleh karena itu mereka berpandangan
bahwa hidup yang sejati adalah “ kesediaan dan keralaan untuk melibatkan
diri dalam setiap kesusahan “.
Menurut paham ini yang paling baik ialah segala sesuatu yang menempa
kemauan manusia untuk menjadi berkuasa. Menurut mereka gagasan yang paling baik
adalah gagasan yang revolusioner, dan gerakan yang mmempergunakan kekuatan,
yang diistilahkan dengan “ spontan dynamic “ terutama sekali dalam merebut
kekuasaan.
Oleh karena itu menurut
penganut aliran ini “ perang adalah halal “, sebab orang yang berperang itulah
( yang menang ) yang akan memegang kekuasaan.
Tokoh terpenting aliran ini
adalah F, Niettsche, dia banyak sekali memberikan pengaruh terhadap tokoh
revolusioner seperti Hitler. Pada akhir hayatnya Niettsche menjadi seorang yang
ateis, dan mati dalam keadaan gila, dan ia pulalah yang memproklamirkan gagasan
“ God is Dead “, tuhan itu telah mati, tuhan itu tidak ada lagi, dan oleh
karena itu hendaklah jauhkan diri ( putuskan hubungan dengan Tuhan ).
C. Aliran Teologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya
perbuatan manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu
diperintahkan atau dilarang oleh-Nya. Segala perbuatan yang diperintahkan oleh
Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah
perbuatan yang buruk, dimana ajaran-ajaran tersebut sudah dijelaskan dalam
kitab suci.[2]
Dengan perkataan teologis saja nampaknya masih samar karena didunia ini
terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab suci sendiri-sendiri, yang
antara satu dengan yang lain tidak sama, bahkan banyak yang bertentangan.
Masing-masing penganut agama menyadarkan pendiriannya kepada ajaran Tuhan.
Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu, ialah dengan mengaitkan etika
theologies ini dengan jelas kepada agama, misalnya: etika theologies menurut
Kristen, etika theologies menurut Yahudi dan etika theologies menurut islam.
Hal ini dilakukan oleh ahli filsafat mengingat perkataan theologies menurut
pandangan mereka masih bersifat umum, sehingga perlu ada kejelasan etika
theologies mana yang dimaksudkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar